Ketakutan Perang Meletus, Taiwan Produksi Massal Rudal Jarak Jauh

27 Maret 2021, 10:52 WIB
Ilustrasi beendera China dan Taiwan.* /Pixabay/

ZONAPEKANBARU.COM - Taiwan mengatakan telah memulai produksi massal rudal jarak jauh sebagai tanda meningkatnya kapasitas militer pulau itu di tengah meningkatnya ketegangan dengan China.

Seperti diketahui, Beijing masih mengklaim kedaulatan atas Taiwan, negara demokrasi berpenduduk sekitar 24 juta orang itu, meskipun kedua negara telah memiliki pemerintahan secara terpisah selama lebih dari tujuh dekade.

Dilansir ZONAPEKANBARU.COM dari Express.co.uk, bahwa negara adidaya timur itu telah menyatakan kepemilikan di bawah kebijakan 'Satu China' yang menuntut hanya ada satu negara berdaulat dengan nama China.

Partai Komunis China sering mengancam akan mengambil alih Taiwan dengan paksa jika upaya diplomatik tidak berhasil.

Dalam beberapa bulan terakhir, Beijing telah meningkatkan aktivitas militernya di dekat pulau mereka dalam upaya untuk memaksa Taipei menerima klaim 'Satu China'.

Baca Juga: Joe Biden Dikutuk Presiden Turki Setelah Ucapan 'Pembunuh' Putin

Meskipun militer Taiwan dibayangi dibandingkan dengan China, negara merdeka Taiwan saat ini sedang dalam proses memodernisasi angkatan bersenjatanya untuk menciptakan pencegahan yang lebih efektif.

Berbicara di Parlemen Taiwan, Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan, prioritas negara mereka adalah dengan mengembangkan kemampuan serangan jarak jauhnya.

"Kami berharap ini jarak jauh, akurat, dan seluler,” tegas dia.

Chiu Kuo-Cheng menambahkan, bahwa National Chung-Shan Institute milik negara Taiwan tidak pernah menghentikan penelitiannya tentang rudal jarak jauh.

Sedangkan Wakil Direktur Institut tersebut, Leng Chin-hsu, juga mengatakan satu rudal jarak jauh berbasis darat telah memasuki produksi dan tiga rudal jarak jauh lainnya sedang dalam pengembangan.

Baca Juga: Tak Ada Keuntungan Strategis Inggris Terlibat dalam Perang AS dengan China atas Taiwan

Menurut Leng, "tidak nyaman" baginya untuk mengungkapkan sejauh mana rudal itu bisa terbang.

Secara tradisional, Taiwan memfokuskan angkatan bersenjatanya untuk mempertahankan pulau itu dari serangan Tiongkok.

Namun, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen sangat menekankan pentingnya mengembangkan alat penangkal "asimetris" yang menggunakan peralatan seluler yang sulit dihancurkan atau ditemukan tetapi juga dapat mencapai target jarak jauh.

Pada bulan Januari lalu, China mengeluarkan peringatan keras kepada tetangganya di pulau itu bahwa "kemerdekaan berarti perang".

Juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian membuat komentar tersebut pada konferensi pers di tengah laporan "serangan besar" oleh pesawat tempur China di dekat Taiwan.

Baca Juga: Curi Ikan Diperairan Provinsi Riau, Dua Kapal Asing Berbendera Malaysia Ditangkap Bakamla

"Kegiatan militer yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Rakyat China di Selat Taiwan adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi keamanan saat ini di Selat Taiwan dan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional," kata Wu Qian.

"Mereka adalah tanggapan khusyuk atas campur tangan eksternal dan provokasi oleh pasukan kemerdekaan Taiwan," tambahnya.

Juru bicara itu juga mengklaim "segelintir" orang di Taiwan mencari kemerdekaan dari China.

"Kami memperingatkan elemen 'kemerdekaan Taiwan' bahwa mereka yang bermain api akan membakar diri mereka sendiri, dan 'kemerdekaan Taiwan' berarti perang," katanya.***

Editor: Didi Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler