Kim Jong Un Sebut K-Pop Sebagai Kanker Ganas, Siapkan Sederet Hukuman Berat

- 12 Juni 2021, 11:28 WIB
Kim Jong Un Menyebut K-Pop sebagai Kanker Ganas.*
Kim Jong Un Menyebut K-Pop sebagai Kanker Ganas.* /Koreaboo/

ZONAPEKANBARU.COM - Kim Jong Un membuat keputusan kontroversial berupa membatasi budaya Korea Selatan di negaranya.

Tak main-main, bahkan pemimpin Korea Utara itu menyebut K-Pop adalah "kanker ganas" yang merusak generasi muda bangsanya.

Melalui media pemerintah, Kim menyatakan generasi muda negaranya meniru kebudayaan tetangga sekaligus musuh bebuyutannya, Korea Selatan.

Baca Juga: Sosok Presiden Prancis Macron, Hina Nabi Hingga Kena Tampar Warga Sendiri

Menurut Kim, gaya rambut, gaya berbicara, cara berpakaian, dan perilaku anak muda Korut "teracuni" Korea Selatan.

Kim Jong Un menekankan, jika mereka membiarkan kondisi ini berlanjut, Korea Utara bakal hancur seperti "tembok yang lembab".

Setelah memenangkan fans di seluruh dunia, kultur pop Korsel, termasuk K-Pop, memasuki "rintangan terakhir": Korea Utara.

Karena perkembangannya mulai pesat, rezim Kim bertindak dengan mencanangkan perang terhadap kultur budaya "Negeri Ginseng".

Pada Desember tahun lalu, ia merumuskan undang-undang baru untuk menghukum rakyat yang kedapatan menyimpan atau menikmati hiburan Korea Selatan.

Barang siapa yang melanggar peraturan tersebut dapat dijatuhi hukuman selama lima hingga 15 tahun pengasingan di kamp kerja paksa.

Kemudian jika ada yang berbicara, menulis atau menyanyi dengan gaya Korea Selatan akan dihukum dua tahun kerja paksa.

Yang paling mengerikan, hukuman mati akan dijatuhkan bagi penyelundup hiburan Korea Selatan.

Pernyataan Kim Jong Un bukanlah tanpa alasan, ia tidak ingin persendian sosialis di negerinya melemah.

Sebagai pemimpin ia berpendapat bahwa dengan masuknya budaya K-Pop akan membawa serta paham kapitalis ke dalam negaranya dan melemahkan kendalinya terhadap kaum muda.

"Bagi Kim Jong Un, invasi budaya dari Korea Selatan telah melampaui batas toleransinya," kata Jiro Ishimaru, pemimpin redaksi situs Jepang Asia Press Internasional yang memantau Korea Utara kepada The New York Times.

Selanjutnya, Jiro Ishimaru menambahkan, "Jika dibiarkan, dia khawatir akan mempertimbangkan Korea Selatan sebagai alternatif menggantikan Korea Utara."

Sebelumnya, Institut Perdamaian dan Persatuan di Universitas Nasional Seoul telah melakukan survey kepada 116 responden pengungsi Korea Utara pada tahun 2018 hingga 2019.

Hasil survey tersebut menyatakan bahwa hampir setengah dari mereka sering kali menikmati hiburan Korea Selatan saat berada di Utara.

Seorang pembelot dari Korea Utara, Jung Gwang Il menyatakan bahwa para pemuda tidak berutang apapun kepada sang diktator "Kim Jong Un harus menegaskan kembali kontrol ideologinya kepada kaum muda jika tidak ingin pondasi pemerintahan dinasti keluarganya roboh," imbuhnya.***

Editor: Gadis Bunga Cynintia


Tags

Terkait

Terkini